Lampu Merah



Lampu merah. Kebanyakan dari kita menyebut lampu tersebut dengan sebutan merah, padahal jelas-jelas lampu itu memiliki tiga warna.

Mungkin itu bisa menjadi satu bukti, bahwa kita cenderung lebih mudah ingat dengan hal-hal yang membuat kita kesal. Bener gak?

Hampir semua dari kita suka merasa bosan ketika menghadapi lampu lalu lintas yang sedang bewarna merah, bawaannya pasti mau jalan terus, apalagi kalo lagi buru-buru.
Bisa jadi itu memang kebiasaan kita mengingat hal-hal yang membuat kita kesal. Tapi kebiasaan bisa diubah kok

"Satu kesalahan menutupi seribu kebaikan". Pernah denger bukan? Iya, kadang kita sebagai manusia sering mengungkit satu kesalahan dari saudara kita, padahal sudah banyak kebaikan juga yang dia lakukan untuk kita.

Selalu melihat manusia dari sisi kesalahannya, tapi tidak pernah melihat dari sisi kebaikannya
Kita sebagai manusia yang mendapati saudaranya bersalah, tolong beri nasihat, beri tahu kesalahannya. Jangan malah dikucilkan, dan dibiarkan larut dalam kesalahannya.

Dan kita sebagai manusia yang berbuat salah, tolong sadar, dan segera bertaubat. Jangan malah berbangga diri karena melakukan sebuah kesalahan, jangan malah mengabaikan mereka yang telah memberi nasihat.

Karena kesalahan ada untuk direnungi dan diperbaiki. Bukan untuk diratapi.

Syaikh al-Albani -rahimahullah- berkata, “Semua manusia bersalah, ia tidak bisa berlepas diri dari kesalahan, karena Allah tatkala menciptakan malaikat dan menciptakan manusia, maka Allah telah menggariskan terhadap manusia bahwasanya mereka bersalah, bagaimanapun juga…, seorang manusia tidak akan terlepaskan dari dosa, kenapa?, karena ia seorang manusia dan bukan malaikat” (Maussu’ah Al-Albaani fi al-‘Aqiidah 2/156)


Jakarta, 24 Januari 2019

0 comments:

Posting Komentar