- By Daffa Farras
- On Oktober 27, 2019
- No Comment
- By Daffa Farras
- On September 13, 2019
- No Comment
apa masih betah?
apa tidak lelah?
hidup dalam kata seolah-olah.
seolah-olah kuat,
padahal hati sedang retak.
seolah-olah hebat,
padahal hati baru kalah telak.
⠀
seolah-olah bahagia,
padahal raga sedang payah.
seolah-olah ceria,
padahal raga sedang gundah.
sila menangis,
jika itu membuat lega.
sila menangis,
karena kita manusia.
menangislah!
sebelum menangis itu dilarang.
Jakarta, 13 September 2019
- By Daffa Farras
- On Juli 10, 2019
- No Comment
- By Daffa Farras
- On Januari 30, 2019
- No Comment
Sampai jumpa lagi ya,
Masih banyak kata yang belum terucap,
Dan rasa yang belum terungkap.
Terima kasih @30haribercerita,
Karena telah menciptakan sebuah wadah,
Untuk kata yang telah lama menginap.
Dan terima kasih untuk kalian,
Karena sudah membaca seluruh pesan
Yang telah kukirimkan.
Dan kembali terima kasih
Untuk kalian semua yang telah mencurahkan isi hati,
Karena kalian selalu memberiku banyak inspirasi.
Mohon maaf jika tulisanku tidak menarik,
Karena aku manusia yang dapat kalian kritik,
Agar tulisanku semakin lebih baik.
Dan sekali lagi,
Mohon maaf,
Terima kasih,
Dan sampai jumpa.
Bekasi, 30 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 29, 2019
- No Comment
Satu kutipan dari om Iker Casillas
"Being a good person is like being a goalkeeper. No
matter how many goals you save, some people will only remember the one you
missed."
Ya, kira-kira seperti itulah.
Bekasi, 29 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 28, 2019
- No Comment
- By Daffa Farras
- On Januari 27, 2019
- No Comment
Pernah denger cerita dari salah satu guru tentang seorang
driver ojek online. Sebenarnya agak-agak lupa, tapi insya Allah gak ada yang
diubah-ubah dari inti ceritanya.
Jadi, suatu hari ada seorang driver ojek online yang pergi
menemui Sang Pencipta. Sama seperti pada umumnya, dia dikubur dengan
semestinya. Tapi ada satu hal yang membuat banyak orang bertanya-tanya.
Ketika sang driver ojek online telah menemui Sang Pencipta,
ada seorang anak kecil yang datang dan bertanya, "Bapak ini kemana?".
Salah satu dari mereka ada yang menjawab, dan menjelaskan perihal kepergian
sang bapak tersebut. Sang anak kecil tersebut menangis, dan membuat semua orang
yang berada di sana bertanya-tanya. "Mengapa anak kecil tersebut
menangis?".
Anak kecil itu pun angkat suara, "Dulu, ketika bapak
itu masih hidup, saya selalu diberi makanan olehnya".
Ya kira-kira seperti itu inti ceritanya, dan itu kisah
nyata, bukan cerita khayal.
Yang mau aku ingatkan adalah, harta yang paling berharga
adalah harta yang kita berikan untuk orang lain. Jadi jangan takut miskin
karena berbuat baik, karena harta tidak akan menjadi sedikit walaupun kita
banyak bersedekah. Justru itu menjadi tabungan kita untuk di hari akhir nanti.
"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah
amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang
dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Teruslah berbuat baik, karena kita tidak tahu, perbuatan
baik manakah yang akan diterima di sisi-Nya. Dan jangan pernah mengungkit
perbuatan baik kita, karena itu bisa menjadikan perbuatan baik kita sia-sia.
Bekasi, 27 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 26, 2019
- No Comment
Dari dulu pengen gitu punya piala banyak, tapi apa daya,
orangnya pemalu, dan gak terlalu aktif, jadi lebih sering buat diem.
Suatu hari salah satu guru TIK di SD ngadain seleksi buat
ikut lomba TIK se-Kecamatan. Karena seleksinya ada di setiap kelas, jadi gak
ada alasan buat gak ikut seleksi.
Mungkin karena dasarnya doyan ngoprek komputer, jadi dengan
gampangnya lolos seleksinya (ceritanya sombong). Dari kecil emang hobi banget
main komputer, tapi bukan main game, lebih ke utak-atik software gitu, kayak
nulis-nulis di Ms. Word, bikin tabel di Ms. Excel, bikin slideshow di Ms.
PowerPoint, bikin peta-petaan di Ms. Visio, dll. Karena materi seleksinya udah
kayak makanan sehari-hari, jadi gampang deh buat ngerjainnya.
Alhasil, ikut lomba untuk pertama kalinya dan lomba ini
se-Kecematan. Untuk lombanya sendiri sih sebenernya gak susah, tapi mungkin
karena baru pertama kali ikut lomba, jadi gugup aja gitu. Lombanya juga gak
berlangsung lama, paling 5 menit, terus kelar. Karena lombanya yang singkat,
guru-guru nyuruh kita buat pulang cepet, tapi karena ini lomba pertamaku, aku
memilih buat gak pulang, dan nunggu sampai pengumuman para pemenang.
Urutan ketiga lewat gak disebut, urutan kedua juga sama, dan
di ururtan pertama, ternyata namaku disebut, sempet kaget sih, karena ini lomba
pertama. Senengnya bukan main, kayak gimana gitu, gila, akhirnya nih punya
piala. Soalnya kalo ada pertanyaan tentang prestasi yang pernah dicapai, aku
cuma nulis "Juara 2 Lomba Futsal se-RW".
Kebetulan yang menang dari lomba itu bakal dikirim ke
tingkat Bekasi, dan di Bekasi, Alhamdulillah, dapet juara dua, ya karena
materinya juga udah mulai susah sih. Dan dari lomba itu, untuk pertama kalinya
aku dapet duit, wagelaseh.
Setelah se-Bekasi, aku ikut lomba lagi di tingkat yang lebih
atas gitu, se-Jabodetabek Banten. Alhamdulillah, aku berhasil juara kedua,
walaupun software yang dipakai buat lomba beda dari biasanya, bukan Ms. Word
dkk, tapi aku bisa atasi, ya walaupun sedikit kagok gitu.
Walaupun piala yang aku miliki gak banyak, tapi aku seneng
karena dapet pengalaman yang luar biasa.
Bekasi, 26 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 25, 2019
- No Comment
Siapa aku?
✓ Nama: Daffa Farras Dienputra
✓ Alamat: Masih sama kayak
alamat orang tua
✓ Umur: Masih muda, belum tua
✓ Cita-cita: Masuk surga
✓ Hobi: Main hujan-hujanan
✓ No. Telp: 500-505
✓ Agama: Islam 100%
✓ MaFav: Semua masakan my eomma
✓ MiFav: Teh borol S*sro
✓ Empat kali empat enam belas,
sempat tidak sempat harus dibalas.
Sekiranya seperti itu, masa kecilku. Dulu ketika kecil
saling simpan biodata, beda sama sekarang, boro-boro biodata, nomor kontak saja
(kadang) gak saling punya, kalo lagi butuh paling dm via Instagram,
mentok-mentok free call Line.
Zaman boleh berkembang, tapi pertemanan jangan sampai
tumbang.
Bekasi, 25 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 24, 2019
- No Comment
- By Daffa Farras
- On Januari 23, 2019
- No Comment
- By Daffa Farras
- On Januari 22, 2019
- No Comment
- By Daffa Farras
- On Januari 20, 2019
- No Comment
Berhubung kemarin ada acara, jadi belum sempat bercerita.
Dan mungkin cerita ini tentang acara kemarin.
Acara ini merupakan kolaborasi dari 5 komunitas, yaitu
Pecandu Buku, Blogger Jakarta, Kelas Inspirasi Jakarta, Bicara Baik, dan
Initiatives of Chance Indonesia.
Alhamdulillah acara #MulaiKebaikan2019 berjalan lancar,
walau ada beberapa kendala, tapi para relawan tetap berusaha untuk
memperbaikinya. Namanya juga pertama kali, jadi wajarlah, setidaknya sudah
berusaha.
Para pengisi acara juga sangat menginspirasi, tapi ada satu
pesan yang sangat membekas di otak, yaitu satu kalimat yang muncul di
slideshownya mba Glenys Octania, "Sosial media itu kayak cinta, bikin
nagih, bikin lupa dunia."
Oh iya, ada satu lagi pelajaran yang aku ambil dari salah
satu pengisi acara, yaitu bagaimana caranya agar bisa menjadi public speaker
yang baik. Ada 4 bagian yang harus kita perhatikan, yaitu suara, pernapasan,
gestur, dan kontak mata.
Keempat itu adalah bagian yang harus kita perhatikan. Suara
kita harus terlihat meyakinkan, pernapasan kita pun harus dari diafragma agar
terlihat percaya diri, gestur kita harus lebih bebas dan jangan malu-malu, dan
yang terakhir kontak mata, usahakan agar kita berinteraksi dengan para
pendengar. Itu sih yang bisa aku ambil dari penjelasan kak Stefani Ginting.
Jakarta, 20 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 20, 2019
- No Comment
Penerbit: Gagasmedia
Tahun terbit: 2016
Sabtu Bersama Bapak mengisahkan seorang bapak yang telah
menyiapkan banyak pesan sebelum kepergiannya. Karenanya, novel ini menjadi
sangat sarat makna. Walaupun begitu, Kang Adhitya Mulya tentu tidak kehilangan
sentuhan komedinya. Dia tetap menyelipkan banyak komedi di setiap ceritanya.
"...Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang
solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling mengisi kelemahan. Karena untuk
menjadi kuat, adalah tanggung jawab masing-masing orang. Bukan tanggung jawab
orang lain." (Halaman 217).
"Laki, atau perempuan yang baik itu, gak bikin
pasangannya cemburu. Laki, atau perempuan yang baik itu... bikin orang lain
cemburu sama pasangannya." (Halaman 227-228)
"Anak-anak kita, bukan pengorbanan saya. Mereka,
pemberian." (Halaman 234)
Cerita ini bukan hanya tentang bagaimana mencari cinta, tapi
tentang bagaimana cara untuk memprioritaskan keluarga.
Bekasi, 20 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 18, 2019
- No Comment
"Harap tenang, ini ujian". Sebuah kalimat
sederhana, tapi sangat bermakna. Ya, kalimat yang sempat viral ini memang
mengandung pesan untuk kita semua.
Banyak dari kita ketika tertimpa musibah sangat mudah untuk
berputus asa, padahal mengapa kita harus berputus asa, kan Allah bersama kita.
Harap tenang, ini ujian. Ya, ini semua ujian. Jika merasa
ada yang mengganjal di hidup ini, tolong introspeksi diri, jangan malah
sembunyi, apalagi berharap untuk segera bisa mengakhiri hidup ini. Semua
masalah pasti ada jalan keluarnya.
Coba merenung sejenak, apa kita pernah berbuat salah? Pernah
tidak memenuhi kewajiban kita? Pernah melanggar hak saudara kita? Atau apapun
itu, coba renungkan. Jika memang ada salah, segeralah meminta maaf, dan
perbaiki kesalahan itu.
"...dan jangan kamu berputus asa dari rahmat
Allah..." (QS. Yusuf : 87)
Bekasi, 18 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 15, 2019
- No Comment
Pernah nemu makanan yang enak banget? Yang bikin nagih? Gak
mungkin sih kalo gak pernah nemu. Tapi makanan itu bakalan sia-sia kalo gak
dimulai dengan Bismillah. Kenapa?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Sungguh,
setan menghalalkan makanan yang tidak disebutkan nama Allah padanya...” (HR.
Abu Daud)
Lantas bagaimana jika lupa? Tenang, ada solusinya kok.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka
hendaknya ia menyebut nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah
Ta’ala di awal, hendaklah ia mengucapkan: “Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu
(dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)”.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi)
Kadang banyak dari kita suka terburu untuk menyantap makanan
yang ada dihadapan kita, padahal kita sendiri sudah tahu bahwa itu rezeki
dari-Nya. Lantas mengapa tidak memulainya dengan bersyukur.
Sebenarnya sedari kita kecil, kita sudah diajarkan adab
makan bukan? Tapi mengapa ketika kita sudah dewasa malah lupa untuk
mengerjakannya? Jangan bilang gengsi. Masa iya sebelum makan baca Bismillah aja
gengsi. Tapi pake celana robek gak pernah gengsi.
Jika dibiasakan membaca Bismillah, pasti akan terbiasa,
memang berat, tapi kalo mau berusaha pasti dimudahkan.
Bekasi, 15 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 14, 2019
- No Comment
Penulis: Abu Umar Basyier
Penerbit: Shofa Media Publika
Tahun terbit: 2011
Bukan Abu Umar Basyier kalau bukunya tidak berdasarkan kisah nyata. Kali ini beliau kembali menyuguhkan sebuah kisah tentang seorang gadis bernama Nafiah.
"Aku anak perempuan. Namaku Nafiah. Kata ayahku, asal katanya adalah naafi'ah, dengan huruf 'ain setelah fa. Nama pemberian seorang kyai di kampungku. Artinya wanita yang berguna. Ayah berharap, aku menjadi wanita yang berguna bagi siapapun di dunia ini." (Halaman 3)
Nafiah adalah seorang gadis yang dari kecil hidupnya selalu dimanja dengan harta dan apapun yang dia minta akan selalu dihadirkan oleh ayahnya, kecuali satu, kehadiran seorang ayah di sisinya.
"Memanjakan anak secara berlebihan adalah potensi besar menjerumuskan anak pada derita-derita hidup yang sulit tertanggungkan." (Halaman 12)
Walaupun hidup serba ada, Nafiah tidak pernah benar-benar bahagia. Perjalanan hidupnya selalu dibayang-bayangi oleh mendung yang gelap, tetapi dia selalu berusaha untuk mencari secercah cahaya untuk tetap bisa melanjutkan hidupnya.
Banyak pesan yang dihadirkan dalam buku ini. Tapi sangat disayangkan, terdapat beberapa kesalahan dalam kaidah penulisan, yang tentu itu sangat mengganggu para pembacanya.
Buku ini sangat cocok untuk para pemuda/i yang masih mencari jati diri, dan selalu menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak berguna untuk dirinya sendiri. Terlebih lagi untuk mereka yang selalu merasa hari-harinya gelap layaknya awan mendung.
Jakarta, 14 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 13, 2019
- No Comment
“Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)
Manusia jika diberi harta pasti akan sangat merasa senang,
tetapi jika waktu siang dan malamnya bergulir menggerogoti umurnya, manusia
tidak merasakan kesedihan. Padahal apa gunanya harta yang semakin banyak, kalau
umur justru setiap harinya akan berkurang.
"Tak ada sesuatu yang sangat saya sesali melebihi
penyesalan terhadap hari dimana matahari terbit dan ajalku semakin dekat,
tetapi amalku tidak bertambah." (Abdullah bin Mas'ud -radhiyallahu anhu-)
Time is money, waktu ada untuk disyukuri, bukan untuk
diingkari. Pergunakan waktu dengan teliti, agar kita nantinya tidak merugi.
Waktu akan terus berjalan dan takkan pernah berhenti. Kita harus bangkit dan
berdiri, bukan hanya duduk dan menyaksikan mereka yang telah berdikari. Lakukan
sesuatu yang berarti, untuk agama dan negeri ini, yang kelak nanti akan
dikenang abadi. Seperti amal baik yang terus dijalani, dan bukan amal buruk
yang malah ditekuni.
Depok, 13 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 12, 2019
- No Comment
Bagaimana jika pada akhirnya Tim Nasional Indonesia tidak
bisa berlaga di Piala Dunia?
Ahsudahlah, jangan dibayangkan, nanti jadi kenyataan. Berdoa
saja agar Indonesia bisa berlaga di Piala Dunia nanti.
Eh tapi bagaimana jika Indonesia sudah berjuang, tapi tetap
belum berhasil?
Bisa jadi kita hanya berusaha tanpa berdoa. Untuk mencapai
kesuksesan tidaklah cukup dengan hanya berusaha, tapi iringilah dengan sebuah
doa. Bayangkan semua rakyat Indonesia berdoa, Insya Allah salah satunya akan
terkabul bukan?
Bekasi, 12 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 11, 2019
- No Comment
Gak ada kata terlambat buat belajar. Iya, gak ada alasan
buat gak belajar. Jangan malu buat belajar cuma gara-gara umur. Kebanyakan dari
kita malu buat belajar karena merasa sudah tua, padahal apa salahnya belajar di
masa tua? Bukannya malah bagus ya.
Kenapa sih harus malu? Malu karena sudah tua? Atau malu sama
yang masih muda? Kalo alasannya itu sih basi, bukannya lebih malu lagi kalo
kalah sama anak muda, bahkan sama anak kecil. Bukannya lebih malu lagi kalo
anak muda tahu banyak hal, sedangkan yang sudah gak muda gak tahu apa-apa.
Terkadang kita memang terlalu egois. Suka malu jika diberi
nasihat, suka malu kalo dibenerin kesalahannya, suka malu kalo kalah sama anak
muda. Aneh, bukannya seharusnya bangga ya? Karena masih ada yang mau ngingetin
kita.
Suka terbesit dalam hati, "Masa iya sih gua belajar
sama dia?". Ini yang bikin kita gak maju-maju, hawa nafsu sering bikin
kita tunduk dengan alasan malu.
Pelajaran memang kita bisa dapatkan dari mana saja. Tapi
bukan berarti kita bisa asal belajar, banyak juga yang pinter, tapi suka
nyesatin orang. Banyak juga yang pinter, tapi giliran salah dan dibenerin,
malah marah. Ada juga yang pinter, eh malah sombong. Intinya sih lihat dulu
siapa dia, kira-kira pantes gak kita ambil pelajarannya. Walaupun itu anak
kecil, jika pantas, ya ambil ilmunya.
Intinya selagi ada kesempatan buat belajar, ya belajar.
Jangan ditunda.
Depok, 11 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 10, 2019
- No Comment
Semua bermula dari kejenuhan saat jam pelajaran, bukan jenuh
karena gak merhatiin, tapi jenuh kadang ada guru yang doyannya cerita, bahkan
banyakan cerita dari pada belajar. Jadi kalo lagi males dengerin ceritanya, aku
suka coret-coret iseng. Awalnya cuma coret-coret, lama-kelamaan berubah jadi
coretan yang sedikit bermakna, sampai berubah jadi cerita.
⠀⠀⠀⠀
Ya, di setiap pelajaran yang "isinya cuma cerita"
aku jadi sering nulis cerita, ketimbang dengerin cerita. Sampai jadi satu buah
naskah dengan cerita yang masih amburadul. Mulailah dibaca lagi, koreksi lagi,
edit lagi, terus begitu, sampai yakin kalo naskah ini tuh sudah perfect
(menurutku).
Akhirnya karena merasa sudah perfect, aku mencoba untuk
mengirimkannya ke salah satu redaksi terkenal (kelihatan kok di fotonya). Di
tengah perjalanan, gak sengaja lihat postingan tentang "Kelas Menulis
Raditya Dika", dan aku pikir-pikir bagus juga buat ikutan, karena salah
satu kelasnya bahas tentang "Kesalahan Penulis Pemula".
Mendengar kelas dari bang Raditya Dika, aku ngerasa naskah
yang sudah jadi ini seperti sia-sia. Banyak banget kesalahan yang aku lakukan.
Bahkan kalo mau dikoreksi lagi juga kayak nulis ulang. Tapi apa boleh buat,
namanya juga pemula.
Sempet mikir buat mengurungkan niat untuk ngirim naskah,
tapi karena anaknya suka iseng, akhirnya tetep nyoba buat kirim naskah itu.
Sekitar hampir satu tahun nunggu, dan jeng jet, naskah itu
tertolak. Gak kaget sih kenapa bisa tertolak, wong banyak kesalahan kok. Tapi
sejak saat itu aku jadi sering nulis, walau kenyataannya tulisan yang ditulis
di buku gak pernah benar-benar mendarat ke pc. Ada aja kendala yang
menghampiri.
Intinya sih aku belajar buat lebih giat lagi belajar dari
kesalahan yang lalu, dan jangan terburu-buru buat mencapai sesuatu, semua itu
butuh proses kan.
Bekasi, 10 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 09, 2019
- No Comment
Foto ini diambil saat Asian Para Games 2018.
Alhamdulillah bisa nyempetin dateng buat dukung para atlet
bertanding, ya walau cuma bisa hadir di dua cabor.
Sehabis dari sana, ada satu pesan tersirat dari para atlet
yang bisa aku ambil, walau sebenarnya banyak sih, tapi yang satu ini paling ngena
banget.
Jangan pernah putus asa, walau kondisi kita berbeda.
Kebanyakan manusia seringkali cepat putus asa, padahal masih banyak cara yang
belum dicoba. Buktinya para atlet Asian Para Games dengan keterbatasannya masih
bisa tuh berusaha untuk menjadi yang terbaik, bahkan bisa mengharumkan nama
bangsa. Lantas kenapa kita yang lebih ada malah lebih cepat putus asa? Aneh.
Kadang suka menyerah sebelum pertandingan, suka menyerah
sebelum mencoba. Kalau kita gagal, bukan berarti kita harus berhenti
mencoba-kan? Masih banyak hal yang bisa kita coba, selagi itu baik dan berguna.
"Jangan mengeluh tentang hal yang tidak kalian punya.
Kalian harus bersyukur atas hal yang kalian punya. Itu cara kalian membuat
kemajuan." (Witch at Court/마녀의 법정 [2017])
Jakarta, 9 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 08, 2019
- No Comment
Kalau dengar kata jalan, banyak sih yang bisa diceritain,
tapi entah mengapa kejadian ketika salah jalan itu lebih menarik untuk
diceritain.
Jadi beberapa tahun lalu aku sempat ingin menghadiri satu
event futsal di Plaza Barat Senayan.
Jujur aku sendiri gak tahu dimana itu Plaza Barat Senayan,
yang aku tahu cuma Halte Gelora Bung Karno, dan di maps pun lokasinya gak jauh
dari situ.
Langsung lah aku berangkat. Sesampainya di halte, aku
kembali nanya ke salah satu pegawai Transjakarta, buat memastikan saja. Dan dia
jawab dengan enaknya, "Mas naik satu kali lagi, nanti turun di Bundaran
Senayan, nanti jalan ke arah Plaza Senayan". Karena sebagai warga Bekasi
yang tidak tahu tempatnya, aku manggut aja dong.
Alhasil, jalan lah aku ke Bundaran Senayan. Dan yang
parahnya lagi, dari Bundaran ke Plaza itu jauh cuy, tapi karena sudah sampai
sana, masa iya kita pulang.
Sampai lah di Plaza, awalnya gak mau nanya, dan milih
muter-muter nyari sendiri. Dalam hati agak aneh, masa iya mall jadi tempat buat
event futsal. Jalan lah aku sampai bagian belakang mall, balik lagi karena gak
nemu apa-apa, dan milih nanya sama bagian informasi.
Dengan lugunya bertanya, "Mba, event ini dimana
ya?". Dan mba-mba itu menjawab, "Itumah di komplek Gelora Bung Karno
mas". Aku hanya membalasnya dengan senyum-senyum nahan malu. Aku pun
memilih pulang ke rumah, karena sudah terlanjur bete.
Dari sini aku belajar, bahwa memang benar malu bertanya
sesat di jalan. Tapi ingat, kalo mau nanya sama orang yang tahu, jangan sama
orang yang sok tahu. Dan yang ditanya kalo gak tahu, ya bilang, jangan malah
sok tahu. Kan yang aku tanya Plaza Barat Senayan dimana, eh ini malah disuruh
ke Plaza Senayan arah barat. Capek Zainudin.
Jakarta, 8 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 06, 2019
- No Comment
"Setiap kali umi nolongin orang, pasti umi inget kamu
sama emak. Iya, kalo ada ibu-ibu yang umi tolongin, pasti umi kepikiran emak.
Dan kalo ada anak-anak yang umi tolongin, pasti umi kepikiran kamu. Ya, karena
umi berharap, jika suatu saat kamu sama emak kenapa-kenapa, dan umi gak ada di
sana, semoga Allah memberi pertolongan lewat orang lain. Karena kebaikan pasti
dibalas dengan kebaikan juga."
nb: emak sebutan nenekku
Bekasi, 6 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 05, 2019
- No Comment
- By Daffa Farras
- On Januari 04, 2019
- No Comment
Awal tahun ini perfilman Indonesia membuatku harus kembali mengisi saldo m-tix. Di hari pertama film itu ditayangkan, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menyaksikan film tersebut.
Film yang disutradarai Yandy Laurens, dan diproduseri Anggia Kharisma dan Ginantri S Noer berhasil membuat mata ini mengeluarkan keringat. Walau begitu, kadang keringat dari mata ini hilang karena adegan-adegan yang membuat perut ini sering terkocok.
Banyak kejutan-kejutan yang muncul di film ini, salah satunya adalah akting dari Ara yang diperankan oleh Widuri, memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Menurutku akting Widuri sangat mirip dengan bapaknya. Lucunya yang murni, membuatnya dengan mudah memecahkan suasana sedih, persis seperti bapaknya saat memerankan peran di salah satu sitkom, itu si mas Adi, pada tahu kan.
Selain Ara, ada juga Euis yang menurutku Adhisty Zara juga berhasil memerankannya dengan sangat baik. Sampai-sampai aku tidak bisa nangis karena takut kalo aku nangis teh Euis ikut nangis juga.
Dan yang terakhir sudah pasti tidak bisa dipungkiri lagi aktingnya. Abah (Agus Ringgo) dan emak (Nirina Zubir). Untuk abah dan emak, sudah tidak bisa dikomentari lagi, karena memang aktingnya sudah sangat bagus.
Tidak lupa juga dengan bang Romli (Abdurtahman Arif), Ceu Salmah (Asri Welas) dan yang lainnya, yang ikut andil dalam pembuatan film ini, kalian luar biasa, kalian berhasil.
Intinya film ini sangat aku rekomendasikan untuk kalian yang males liburan, tapi butuh hiburan.
Bukan hanya sekadar membahas permasalahan keluarga saja, tapi bisa menjadi pengingat buat kita akan arti keluarga. Mengingatkan kita tentang peran seorang ayah yang bekerja keras mencari nafkah, seorang ibu yang dengan sabar mengurus anak-anak serta harus bisa membantu sang ayah dalam mencari nafkah, dan anak-anaknya yang harus bisa menerima kenyataan, manis ataupun pahit.
"Harta yang paling berharga adalah keluarga."
Oh iya ketinggalan, selamat buat bule Thalia Ivanka. Jadi
cameo dulu yak, besok-besok baru jadi pemeran utama.
Bekasi, 4 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 03, 2019
- No Comment
Di dunia ini tidak ada manusia yang kekal. Jika ada yang
mengaku kekal, sungguh itu semua hanya dongeng belaka. Kematian adalah hal yang
pasti, dan manusia tidak bisa berpaling darinya.
Di dalam Al Qur'an, Allah berfirman, "Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan." [Ali Imran:185]
Perihal umur tidak ada yang tahu, kecuali Dia sang Maha
Kuasa. Ajal akan selalu datang, tidak mengenal dia yang baru lahir atau dia
yang sudah lama hadir.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Umur umatku antara 60 sampai 70 tahun.
Dan sangat sedikit di antara mereka yang melewati itu.” [HR Ibnu Majah dan
Tirmidzi]
Tugas kita hanya beribadah kepada-Nya, dan berbuat baik
kepada ciptaan-Nya. Terus berusaha, walau pernah berbuat salah. Terus
memperbaiki diri dari kesalahan-kesalahan masa lalu. Dan jangan pernah putus
asa.
"Aku akan berusaha sampai akhir. Masa depan tidak ada
yang tahu. Kecuali fakta kita semua akan mati." (Investigation Couple/검법남녀 [2018])
Jakarta, 3 Januari 2019
- By Daffa Farras
- On Januari 02, 2019
- No Comment
- By Daffa Farras
- On Januari 01, 2019
- No Comment
tidak ada yang spesial hari ini,
hanya ada kalender yang bertuliskan bulan januari.
tapi barangkali hari ini bisa dijadikan alasan,
untuk memulai hari dengan kebaikan.
seperti saling memaafkan.
kadang kita memang egois,
bahkan bukan kadang.
selalu membela diri,
padahal itu hanya cara untuk melarikan diri.
selalu marah, padahal salah.
mungkin hari ini kita bisa kembali.
tapi bukan berarti hati ini sudah bersih,
hanya saja ingin memulai kembali.
menjadi manusia yang lebih tahu diri.
kita tidak dapat kembali ke keadaan semula,
tapi setidaknya kita bisa berubah.
semua manusia pernah salah,
tapi tidak semua manusia pernah mengaku bersalah.
tapi pada akhirnya,
mungkin kita akan melakukan kesalahan lagi,
karena tidak ada yang kebal dari dosa,
tugas kita hanya mencegah,
agar kita tidak kembali berulah.
Bekas, 1 Januari 2019